Selasa, 20 Agustus 2013

Mengapa Indonesia Belum Bisa Menerapkan Teknologi 4G - LTE



Walaupun banyak negara-negara di Asia yang mencoba menerapkan 4G LTE, namun laju dari teknologi satu ini masih terkesan lambat.

Memang belum semua negara-negara di Asia yang berhasil mengadopsi teknologi 4G LTE, namun berdasarkan data yang pernah dihimpun oleh Tech in Asia (14/08) menyatakan bahwa hampir 63 persen dari perusahaan telco di negara-negara Asia sudah mulai mencoba menggunakannya.

Menjadi satu hal yang patut dipertanyakan di mana sudah banyak vendor-vendor mobile yang sudah melengkapi produk mereka agar support dengan 4G LTE namun laju teknologi ini masih belum juga dapat mencapai peak yang menggembirakan khususnya di negara-negara Asia.

Menurut Leslie Shannon, seorang Strategic Marketing Manager di LTE Solutions Provider Nokia Solutions and Networks (NSN), salah satu alasan kenapa teknologi 4G dan LTE masih lamban di negara-negara Asia. Hal tersebut dikarenakan faktor pendidikan atau edukasi para pengguna perangkat mobile di negara bersangkutan.

"Walaupun sudah banyak perangkat mobile yang sudah lengkapi produknya dengan teknologi ini, namun tidak banyak pengguna perangkat mobile di Asia yang peduli akan 4G LTE," jelasnya.

Shannon juga menambahkan, mayoritas pengguna mobile rata-rata tidak begitu peduli akses layanan data atau internet mereka menggunakan 4G (LTE) atau 3G.

Mereka percaya bahwa semua layanan data tersebut sudah ditentukan oleh pihak operator seluler di negara mereka. Jadi dapat dibilang, ada tidaknya teknologi 4G, tidak begitu pengaruh pada aktivitas mereka.

Padahal apabila dihitung-hitung, dengan menggunakan teknologi 4G (LTE), maka kecepatan akses data dapat lebih cepat dibandingkan kecepatan maksimal dari 3G.

Seperti halnya di negara-negara Asia lain, Indonesia juga sudah mulai mewacanakan untuk menggunakan teknologi ini. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) beranggapan pita frekuensi 1.800 MHz merupakan frekuensi yang cocok untuk teknologi Long Term Evolution (LTE).

Seiring dengan wacana tersebut, Heru Sutadi dari Indonesia ICT Institute mengungkapkan bahwa pita frekuensi 1.800 MHz memang populer dipakai untuk LTE, akan tetapi kondisi alokasi frekuensi di Indonesia tidak seimbang antaroperator.

Selain faktor tidak seimbangnya alokasi frekuensi antaroperator di Indonesia, semangat pemerintah dan operator yang tinggi untuk menyelenggarakan LTE-TD ternyata tak diimbangi oleh vendor. Kenyataannya, vendor WiMax mengaku belum siap menyediakan perangkat LTE-TD.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ada kabar baik yang katakan bahwa seiring dengan dihelatnya KTT APEC di Bali pada 5-7 Oktober 2013 mendatang, teknologi LTE sudah akan hadir di Indonesia setidaknya mulai Oktober mendatang.

Minggu, 18 Agustus 2013

LTE akan Hadir di Indonesia Oktober tahun ini



Pemerintah memang belum menetapkan regulasi mengenai Long Term Evolution (LTE), namun teknologi akses data setara dengan 4G tersebut bakal hadir di Indonesia pada Oktober, tepatnya di KTT APEC di Bali pada 5-7 Oktober 2013.

Untuk memberikan fasilitas layanan data tersebut, Telkomsel bakal menyiapkan 35 unit base transceiver station (BTS) yang tersebar di seputar arena konferensi tingkat dunia itu.

Dirut Telkomsel Alex J Sinaga mengatakan sebagian besar negara peserta APEC tentunya sudah mengimplementasikan LTE di negaranya sehingga ponsel yang dibawa ke KTT juga sudah bisa menangkap sinyal LTE.

"Saat ini LTE sudah diterapkan di 90 negara. Nah, pasti di antara 90 negara ini ada yang menjadi peserta APEC yang mana mereka sudah terbiasa menggunakan akses data berkecepatan tinggi tersebut. Karena itu lah Telkomsel akan menyediakan teknologi LTE di ajang tersebut," katanya.

Dia belum bisa mengatakan di frekuensi mana LTE di APEC akan digelar, tapi kemungkinan besar di pita 700 MHz atau 1.800 MHz. Telkomsel sendiri lebih menyukai LTE digelar di pita 1.800 MHz.

Pemerintah sendiri rencananya baru akan menggelar TD-LTE akhir tahun ini, sedangkan LTE untuk seluler kemungkinan besar di gelar pada 2018.